Friday, June 29, 2012

San Francisco, Kemakmuran Sebuah Kota yang Berkepribadian


Aku bikin judul ini, koq kayak slogan. But it's worth it. Ini menunjukkan betapa dalam kesan dan kekaguman saya terhadap people of California, khususnya kota San Francisco. 

Kami melewatkan empat hari dalam trip kami ke USA, di kota nan cantik ini. Setelah mengunjungi Los Angeles yang ramai namun agak kelabu (karena pengaruh resesi di Amerika), San Francisco nampak masih lebih rapih, bersolek, dan hidup. 

Padahal di sini tidak ada atraksi komersial heboh semacam Universal Studio atau Disney Resort di Los Angeles dan Anaheim, 8 jam perjalanan darat dari SF, masih dalam negara bagian yang sama yaitu California. 

San Francisco, memiliki daya tarik yang berbeda. Jika LA atau Anaheim masih dikunjungi jutaan wisatawan karena mengandalkan pada Taman-taman atraksi, San Francisco relatif nggak punya itu, tapi mencatat jumlah kunjungan yang tak kalah. Apa yang mereka punya, sesungguhnya suatu "Taman Rekreasi" yang lebih luas, lebih masif, kompleks, bahkan borderless (tak berbatas, alias keluar masuk ga pake tiket ala taman rekreasi biasa). Maksud saya, seluruh kota SF (dan beberapa point lokasi di sekitarnya) boleh dibilang sebagai sebuah wahana taman rekreasi raksasa, dengan pengaturan, strategi, dan visi yang brilian.

San Francisco Shuttle Tour, dan Jerry (berjaket merah)
Dari mana saya dapatkan informasi ini? Lucunya, dari Tour Guide yang memandu kami City Tour di SF. Namanya Jerry, dari San Francisco Comprehensive Shuttle Tour, sekitar 70 dollaran per-orang keliling SF dan mengunjungi Taman Nasional Muir Woods.

Alkisah, San Francisco adalah sebuah kota yang kondang rawan gempa. Dan sampai saat ini tercatat 2 gempa terbesar yang pernah dialami. Yang pertama di tahun 1906, yang diceritakan oleh Jerry, telah menghanguskan 28.000 properti sebagai akibat kebakaran besar yang melanda kota tersebut sebagai buntut guncangan gempa. Saya coba Googling dan menemukan foto ini di USGS.

City Hall yang luluh lantak akibat gempa 1906

Kebakaran besar yang membumihanguskan 28.000 bangunan

Gempa terbesar kedua terjadi di tahun 1989 yang juga menciptakan kerusakan cukup parah antara lain sampai patahnya jalur freeway overpass di depan Terminal Ferry.

Saya tidak ingin membahas gempanya (di Indonesia malah lebih banyak, dan kerusakannya bisa lebih parah). Tapi saya ingin menceritakan apa yang masyarakat San Francisco lakukan pasca gempa, dan dari situ akan terlihat betapa berbeda para pemimpin Indonesia dalam menghandle situasi yang serupa.

Dan betapa perbedaan visi tersebut, melahirkan outcome yang beda pula. Cocok untuk menunjukkan betapa visi membangkitkan kreativitas dan pemikiran solutif, dan mampu menghindarkan sebuah kota dari perilaku sia-sia, dan ujungnya, ternyata mampu menjadikan kemakmuran bagi penduduknya.

Tapi kenapa saya menulis judul "Kemakmuran Kota yang Berkepribadian"? Sementara saya menuliskan visi kepemimpinan, serta tentang gempa? Agak tak berhubungan, ya? Ada hubungannya, koq.

Jadi gini. Saya mulai dulu seperti alur cerita Jerry. Persis seperti dalam tour kami, Jerry memulai kisahnya dengan menceritakan gempa besar di SF tahun 1906 itu, sembari membawa bus kami berkeliling beberapa objek-objek dalam kota.

Pertama dia tunjukkan area (bekas) pelabuhan. Pelabuhan SF membentang sepanjang tepian teluk San Francisco, berisi sekitar 40-an Pier (dermaga), kalau diukur-ukur luasnya nggak terlalu beda dengan Tanjung Priok. Dan posisinya menunjukkan bahwa itulah pusat kota. Dia menceritakan bahwa pada awalnya SF merupakan kota pelabuhan. Teluk SF sejak jaman kekuasaan Spanyol merupakan tempat pendaratan benua baru Amerika yang strategis, dan itu berlanjut sampai tahun 1950-an. Pada tahun tersebut kejayaan pelabuhan menurun sebagai akibat tidak mampunya SF bersaing dengan pelabuhan Oakland. Apa penyebab kalah bersaingnya? Pelabuhan SF tidak dapat berkembang lebih besar dari yang ada, dan adanya teknologi pengapalan kontainer, yang tidak dapat mereka akomodir.

Lalu tour berlanjut mengunjungi rumah-rumah perbukitan di tanjakan-tanjakan curam SF. Antara lain di Nobhill, Lombard Street, Russion Hill. Ini area yang sering banget dilihat di film-film mengenai SF, dan sudah menjadi trade-mark kota SF, apalagi ditambah dengan trem kabel yang sering terlihat hilir mudik menanjak dan menuruni bukit (sistem Trem kabel SF dibangun tahun 1873).

Mengutip dari wiki:
"The first successful cable-operated street railway was the Clay Street Hill Railroad, which opened on August 2, 1873. The promoter of the line was Andrew Smith Hallidie"



Menurut Jerry sang Tour Guide, sebelum kereta kabel ini dioperasikan, warga SF dilarang membangun perumahan di atas bukit, karena akibat curamnya jalan, kereta kuda tak mungkin dapat dijalankan ke atas. Bahkan kuda-kuda terkuatpun berisiko patah kaki atau patah punggung, dan harus terpaksa dibinasakan. Di jaman itu tentunya, membunuh kuda sama nilainya dengan membakar mobil Anda! (dan saya nggak tahu mengapa jalan-jalan SF dibuat menanjak lurus. Sementara di banyak negara, jalan biasanya dibuat melandai-menyamping bukit seperti ramp busway. Tapi yang jelas, sebagai kota pelabuhan, kebutuhan awal manusia naik ke atas bukit hanyalah dalam rangka mengawasi kapal yang masuk ke pelabuhan, dan dalam hal itu artinya memonitor apakah barang dagangan mereka sudah akan sampai atau belum)

Lalu datanglah tuan Andrew Smith ini dengan sistemnya yang dipatenkan, dan membuatnya kaya raya. Dan seterusnya, hingga sampai saat ini, San Francisco Cable Car menjadi daya tarik turisme khas SF dan dijadikan salah satu National Heritage-nya Amerika.

Lanjut-lanjut-lanjut tournya: kami mampir di Chinatown dan Jerry menuturkan sejarah keterlibatan kaum Pecinan di Amerika, yang menurutnya berawal dari San Francisco, yaitu dengan inisiatif negara bagian California menumbuhkan industri kereta api. Saat itu, keberadaan masyarakat China sangat vital sebagai tenaga ahli untuk pembangunan jalur-jalur kereta api. Tak cuma karena biaya jasanya cukup murah, melainkan karena memang sudah memiliki tradisi pengolahan logam yang cukup tinggi. Singkat kata, kelompok pecinan menjadi salah satu bagian penting dari SF dan sejarah keberadaan mereka (bahkan termasuk salah satu wali kota SF terbaik adalah orang China) terserap menjadi bagian dari identitas San Francisco.

Kami mampir juga ke area Presidio; yang di masa lalu merupakan benteng utama Spanyol, beralih menjadi benteng Angkatan Bersenjata Amerika (Pasukan Divisi 6), kemudian beralih menjadi asset Pemda SF dengan konsep yang mengagumkan. Saya ungkap nanti.

Kunjungan ke Golden Gate National Park, sebuah kebun raya kebanggaan San Francisco, dimana terdapat Museum Ilmu Pengetahuan SF (termasuk simpanan ilmu pengetahuan mengenai gempa bumi; seperti kata Jerry "Kami sering dilanda gempa bumi, oleh karena itu kami harus mempelajari dan memahami gempa bumi!" dan dibikinlah pusat studi dan museum). Secara fisik dan koleksi, mungkin tak beda jauh dengan kebun raya Bogor, kecuali pada aspek perawatan dan visi di baliknya.

Kunjungan berikutnya adalah Sausalito, sebuah area tetirah, yang bekas desa nelayan yang menyimpan komunitas orang-orang Italia pertama di Amerika. Namun sejarahnya tak cuma berhenti di situ. Menjelang Sausalito, terdapat bekas fasilitas galangan kapal untuk pembangunan battleship Liberty selama Perang Dunia II, dimana sekarang saat sudah tak digunakan untuk keperluan perang, disulap menjadi sesuatu yang kreatif, dan mengagumkan.

Oke, segini dulu cerita-cerita tournya, karena Anda pasti sudah bertanya-tanya apa arah-tujuan tulisan saya. Membaca paragraf turis attractions di atas, saya yakin Anda masih biasa-biasa saja, sebab alur atau objek yang sama, rasanya ada lah di tempat-tempat lain. Tak lalu menjadikan San Francisco sesuatu yang istimewa.

Sekarang, saya akan beberkan beberapa fakta dari mulut Jerry, yang mungkin bisa merubah persepsi Anda, sebagaimana itu merubah persepsi saya.

Fakta dari Jerry:
  1. Turisme, adalah sumber PAD terbesar di Negara Bagian California. Nomor dua adalah industri IT (pusat indutri IT yaitu Silicon Valley, Palo Alto-nya Microsoft dan Cupertino-nya Apple, terletak di California). Nomor tiga baru industri Finansial.
  2. California adalah negara bagian yang saat ini paling makmur di Amerika, terutama di saat negara adidaya ini sedang terimbas resesi.
  3. Dan, hear this: San Francisco, adalah kota paling makmur di California.
Yeah right, begitu awalnya pikiran saya menanggapi. Mengklaim ini-itu memang gampang. Tapi memang akhirnya ada beberapa fakta lain yang cukup menonjok.

Ingat rumah-rumah diperbukitan seperti Nobhill, Lombard, Russian Hill yang saya sebutkan di atas? Oke, boleh dicatat seandainya Anda berminat. Setiap rumah/ apartemen di sana memiliki rentang harga dari 3 juta sampai 20-an juta dollar perbuah!

Hotel-hotel di area tersebut, harga kamarnya bisa mencapai 28 juta Rupiah per-malam!

Rumah-rumah di Sausalito, harganya dimulai dari 30-40 juta dollar, sebijinya.

Dan kalau anda bayangkan itu rumah-rumah mansion--yang memang mahal--semacam di Beverly Hills, hapus bayangan Anda. Umumnya rumah di situ berwujud semacam ini:  

Rumah-rumah di sisi Lombard Street
Dengan mata kepala sendiri saya lihat rumah-rumah ini banyak terbuat dari kayu, dengan cat tak lagi baru, walau masih terlihat rapih. Tapi jelas, secara fisik-bangunan tak akan se'mahal' itu.

Tentu anda akan bertanya. Kenapa jadi mahal? Supply vs demand, tentunya. Ini daerah yang paling elit di SF, dan permintaan tak pernah surut. Pertanyaannya kenapa jadi elit?

Di sini visi bermain. Pemerintahan SF di masa lalu sudah melihat bahwa keaslian rumah-rumah di area tersebut akan merupakan satu paket pariwisata yang akan sangat 'menjual'. Namun bagaimana mengontrol agar pemilik rumah tidak merusak bangunan-bangunan itu atau mengganti dengan bagunan baru yang tak punya nilai romantisme ataupun nilai sejarah? Simpel, mereka bilang: "You punya pajak properti boleh dikasih murah, dengan syarat you pertahankan bentuk asli rumah ini".

Okeee,... hal itu, jika dilakukan di Menteng, pasti akan dilecehkan oleh Pemda DKI sendiri, sebab tentunya akan mengurangi potensi pendapatan daerah bla-bla-bla. Tapi yang jelas Pemda SF mendapat keuntungan berganda dengan tingginya pemasukan turisme (nomor 1! Lebih tinggi bahkan dari industri IT! Siapa bilang turisme itu urusan main-main?), dan dengan tingginya harga jual, otomatis value properti dan pajak penjualan akan terkatrol.

Sekali lagi, Visi. Sebuah Pandangan jauh ke depan, yang bersumber dari keinginan untuk hidup lebih baik, dan kesungguhan untuk menyelesaikan permasalahan.

Bukit terjal tak tertaklukkan, solusinya dengan cerdas menggunakan sistem kereta kabel. Yang tadinya kabel direntang di atas tanah, sekarang sudah ditanam di bawah tanah, dengan suara menderu berdecing-decing setiap hari yang dapat kita dengar dari balik celah. Secara efisien, seluruh sistem digerakkan dari satu rumah-motor, yang dulu antara lain ditenagai oleh mesin uap.

Di jalanan SF, naik-turun bukit adalah kegiatan sehari-hari. Menggunakan bus biasa, akan menguras solar, menciptakan polusi, mengurangi daya tarik turisme (lihatlah tampang Jakarta, atau Bogor). Solusi cerdasnya, gunakan sistem bus listrik. Lebih efisien dalam hal energi, dan bebas polusi.

Di atas, saya cerita soal kebakaran besar yang menghanguskan 28.000 bangunan? Saya pikir, mungkin itulah titik-balik dilibatkannya kreativitas dalam memecahkan masalah di kalangan pengambil keputusan di SF. Lihatlah, di tahun 1906, Pemda SF punya masalah besar. Bukan hanya masalah bencana gempa atau kebakaran, tapi masalah lain lagi yaitu bagaimana mengelola puing-puing dari 28.000 properti ini? Itu masalah sampah-puing yang berskala gigantik. Apa solusinya? Ehm, mereka menimbun seluruh puing bencana tersebut di satu area pantai/ rawa yang tak berkembang, dan kemudian mengarahkan area tersebut menjadi real-estate elit (untuk ukuran tahun 1906), juga dengan keringanan pajak untuk meningkatkan demand. Hasil penjualannya, menjadi modal untuk rebuilding the city.

Beda banget, ya? Dengan kecenderungan yang akan kita ambil dalam menghadapi masalah serupa. Jawab pada diri sendiri. Apakah pemimpin kita akan beroperasi dengan kecerdasan dan 'keprihatinan' yang sama?

Kawasan Presidio, saat akan dilepas oleh Angkatan Bersenjata AS, awalnya hendak dilelang kepada penawar tertinggi. Pemda SF sudah menyadari bahwa itu akan berarti penghancuran kompleks Presidio untuk dijadikan kawasan komersial (soooo kita banget, ya?). Eh, mereka sadar kesejarahan, rupanya, beda banget sama pemerintahan kita. Dan mereka mengajukan proposal alih fungsi ke pemerintahan Federal. Awalnya proposal itu diremehkan, dan Kongres Amerika memberi waktu hanya beberapa tahun bagi Pemda SF untuk menjalankan proposal, kalo gak sukses, maka niat lelang akan dijalankan. Sekali lagi dengan kecerdasan dan Visi, pemda SF merubah area tersebut menjadi perumahan rental (bisa disewa untuk liburan atau tempat tinggal), menyulap salah satu markas menjadi rumah sakit, dan menawarkan salah satu area kepada seorang multimilioner sebagai basis akademi ilmu perfilman Digital.

Sekarang, Presidio menjadi salah satu landskap kebanggaan SF, dengan nilai sejarah, dengan bangunan-bangunan asli tetap utuh dan dipercantik, sekaligus kemampuan self sustainingnya untuk membiayai diri sendiri. Jangan salah, si penyewa, sepakat menawarkan bersama-sama Pemda SF, kepada pemerintah Federal, uang sewa lahan sebesar delapan puluh juta dollar setahun-plus biaya renovasi full ditanggung sendiri. Berdirilah Letterman Digital Arts Center di Presidio. Dan, si miliarder, itu tak lain dari George Lucas, himself.

Bagaimana dengan galangan kapal perang Liberty di dekat Sausalito? Ini sangat menarik. Pemda SF merubah fasilitas pabrik kapal perang itu, menjadi sebuah fasilitas waterfront testing, yaitu fasilitas 'studio' simulasi kondisi lautan, dari ombak, arus,  tingkat keasaman dll, yang bisa dikontrol untuk mengetes konstruksi kapal. Bayangkan satu gedung besar yang bisa dipompakan air ke dalamnya, dibikin simulasi ombak mau sekuat apapun, simulasi badai dan seterusnya! Pikirkan, berapa penghasilan dari menyewakan fasilitas semacam itu. Pikirkan berapa nilai ilmu perkapalan yang dihasilkan oleh fasilitas riset semacam itu. Pikirkan, betapa luar biasa kreativitas menciptakan nilai tambah, dari sesuatu yang tadinya dianggap obsolete.

Di dekat galangan kapal, ada kompleks tempat tinggal yang dulunya dibangun khusus untuk pekerja-pekerja galangan kapal perang. Pengalih fungsiannya cukup unik, satu jalur yang berada di pinggir jalan utama, khusus diperuntukkan untuk disewa oleh seniman (!). Efeknya cukup unik, sebab di kemudian hari, jalan itu juga dikenal sebagai Art-Street, dimana tokoh-tokoh seni ngetop, mulai dari artis lukis, novelis, dll, pernah tinggal. Hey! Mungkin saja tempat itu hanya digunakan beberapa bulan, tapi kalau kemudian selama bertahun-tahun selanjutnya, setiap hari, seorang tour guide bisa berkoar-koar bahwa di rumah yang itu sang novelis tenar menyelesaikan novel terkenalnya.... itu kan sama artinya rejeki turisme berkesinambungan? Itu cerdas, apa cerdas?!

40-an Pier yang tak lagi beroperasi di pelabuhan San Francisco, disulap menjadi obyek turisme. Salah satunya terkenal sebagai kawasan Fisherman's Wharf. Apa bedanya sama kawasan Pasar Ikan Kota tua Batavia? Nggak ada beda, kecuali pada Visinya, dan hasil akhirnya. Gedung Terminal Ferry yang tak lagi berfungsi sebagai pintu gerbang Laut San Fransisco, di renovasi menjadi mall kecil dan tempat pendaratan kapal Cruise mewah. Dan aneh pisan, di teluk SF itu, di pinggir laut pun tak berbau amis?

Lantas penjara Alcatraz, itu kembali pembalikan dari tempat terseram di dunia, menjadi salah satu tourist attraction yang selalu fully booked sepanjang tahun!

So, ya. Lihatlah bahwa San Francisco telah membalik semua situasi yang--bila diukur dari ukuran kebiasaan kita--dianggap sebagai bencana, atau sebagai musibah atau berhentinya sumber pendapatan, menjadi sumber pemasukan, bahkan yang terhitung tertinggi di kawasan itu.

Koq bisa? Tadi aku sudah sebut Visi. Dan ada satu faktor lagi, yaitu kepribadian, atau personality.

San Francisco, adalah sebuah kota yang memiliki kepribadian. Apa sih, kepribadian kota? Adalah suatu kesinambungan sejarah yang hidup. Napas sejarah itu tercetak di sekujur kota, dihirup menjadi napas hidup warganya, dan memengaruhi kehidupan warganya dan menjadi arah perkembangan kota.

Manusia yang berkepribadian baik, sehat, akan memilih gaya hidup yang tentunya sehat bagi dirinya, memilih kehidupan yang memperbaiki kualitas hidupnya. Kita bisa melihat bahwa orang-orang berkepribadian (baik) akan memutuskan hal-hal baik bagi dirinya, dan memiliki kreativitas yang 'benar' dalam memecahkan persoalan yang dihadapi.

Sebaliknya, manusia yang tak berkepribadian (atau dengan kata lain: sakit jiwa), cenderung melakukan hal-hal yang merusak buat dirinya atau orang lain, tak punya pandangan masa depan, boro-boro kreatif, malah buntu menghadapi masalah.

Orang bisa punya kepribadian baik, bila sejarah hidupnya utuh. Sebaliknya, orang yang sejarah hidupnya terpecah-pecah akan krisis identitas, bisa split personality.

Jakarta, adalah sebuah kota tua, lebih kurang sama atau bahkan lebih tua dari San Francisco. Tapi Jakarta tidak memiliki kepribadian yang utuh. Ingatannya compang-camping. Lihat museum-museum nya yang sepi, kotor, tak diperhatikan. Lihatlah perubahan wajah yang tak punya pola, melalui aktivitas pembangunan yang acak (apa bedanya dengan seorang perempuan sinting yang merias wajahnya secara asal-asalan coreng moreng?) Ketika menghadapi masalah, Jakarta tak punya cara penyelesaian yang cerdas. Banjir? Macet? Sudah jadi kutukan abadi, tak lagi membangkitkan kreativitas jujur murni mencari jalan keluar.

Dan kita lihatlah, pemimpinnya pun tak punya Visi.

Mungkin saja, San Francisco jadi begini, karena mereka cukup rendah hati untuk menyadari kerentanan mereka, terutama dalam hal posisi kota terhadap bencana gempa. Dan pengalaman mereka dihantam gempa besar boleh jadi merupakan terapi awal atau motivasi awal.

Tapi masak sih, kita memang segitu bebalnya atau bodohnya, hanya bisa di drive oleh bencana dulu, baru sadar? Bahkan lebih bebal lagi, sudah kena bencana pun, masih nggak insyaf-insyaf!

Hayuk. Belajar dari kearifan San Francisco!

Jakarta, 29 June 2012

1 comment:

FA Purawan said...

halah, mba Selens,

buka cabang di San Francisco, mbak? :p