Tuesday, February 19, 2013

Konsep KAMPUNG SEHAT INDONESIA

Ramainya berita bayi Dera yang meninggal dunia akibat ditolak 10 RS, membuat kita harus berpikir kembali mengenai kebijakan penglolaan kesehatan yang dianut negeri ini.

Kita memiliki Rumah Sakit yang dikelola negara, yang umumnya disebut RS Umum atau RS Daerah, serta Rumah sakit dan klinik swasta. Pembiayaan pengobatan biasanya dilakukan oleh masyarakat baik melalui kantong sendiri maupun jaminan asuransi kesehatan, dan sebagiannya pula ada yang ditunjang oleh pemerintah berupa kartu sehat dan sejenisnya. Tapi toh, masalah penolakan pasien semacam kasus Sera, masih sering terjadi. Padahal kita belum bicara mengenai KUALITAS pengobatan dsb.

Penolakan sering dikarenakan alasan-alasan sepele, seperti tidak ada kamar dll, atau alasan yang lebih serius dan semi-konspiratif seperti penolakan yang dimotivasi oleh keengganan RS melayani pasien yang diyakini tak mampu membayar, takut rugi.

Urusan kemampuan membayar, seharusnya itu merupakan tanggung-jawab pemerintah melalui pemberian jaminan kesehatan pada rakyat. Caranya bisa melalui program asuransi, atau penyisihan APBD secara khusus dan termonitor. Nggak issue lah itu. Duit masih bisa dicari.

Tapi bagaimana dengan masalah ketersediaan kamar perawatan? Kalau RS penuh, ya penuhlah. Jumlah kamar pasti memang terbatas. Untuk menambah kapasitas, RS harus membangun lagi, dan tentu saja itu biaya. Dan biaya belum tentu bisa tertutup oleh bisnis Rumah Sakitnya. Padahal membangun kamar banyak-banyak, kalau tidak terpakai sepanjang tahun, ya merupakan pemborosan juga.

Di sinilah tiba-tiba muncul ide ngasal saya. Kalau membangun kamar RS merupakan sesuatu yang costly, bagaimana dengan membangun "jaringan kamar" RS di lokasi-lokasi yang masuk akal? 

Maksudnya gini. Saya lihat kebutuhan yang paling susah dipenuhi RS adalah kecukupan kamar. Kalau supply obat-obatan, jaringan farmasi Insya Allah cukuplah. Beberapa peralatan medis memang mahal dan jumlahnya hanya sedikit di seantero negeri. Balik lagi untuk soal-soal yang bisa dibeli, uang masih bisa dicari. Dokter masih bisa dididik biar banyak, perawat bisa disekolahin, dll.

Kamar? Memang harus membangun. Tak cuma persoalan biaya investasi, tapi juga ketersediaan lahan. Lalu saya terpikir begini. Bagaimana jika kita memberdayakan lingkungan di sekitar RS sebagai buffer tempat tidur cadangan untuk pasien RS?

Idenya memang agak ngasal, tapi possible. Kita bisa menobatkan kampung di sekitar RS sebagai KAMPUNG SEHAT, dimana warganya bekerjasama dengan RS untuk menyediakan 1-2 kamar di rumahnya sebagai RS filial. Tentunya untuk menampung pasien dalam derajat penyakit tertentu yang memungkinkan. Tentu kondisi kamar harus memenuhi persyaratan tertentu termasuk kondisi lingkungannya. Tapi saya percaya itu masih manage-able.

Saya melihat banyak keuntungan dari sistem ini. Yang pertama, RS punya kemungkinan melakukan ekspansi kamar tanpa harus membangun gedung baru. Alokasi kamar di RS untuk penyakit serius/ kritikal bisa diperbanyak. Warga kampung mendapatkan tambahan penghasilan.

Pasien-pasien tertentu, mungkin bahkan justru merasa lebih nyaman dalam suasana 'rumah' dan membuat proses kesembuhannya lebih baik dan lebih cepat. Keluarga pasien bisa ikut menunggu tanpa harus tidur di lantai koridor. Ini cukup penting: pasien tidak terganggu oleh keberadaan pasien lain dan keluarganya.

Karena jarak lebih dekat, support dari RS juga akan cepat. Dan bagi RS, kecil kemungkinan pasien kabur karena ada tuan rumah yang ikut berkepentingan 'mengawasi'. Penyelesaian administrasi juga tidak wajib dilakukan di RS karena bisa di assign satu petugas keliling yg mengunjungi RS Filial ini sembari membawa mesin EDC dll.

Dan saya terbayang keuntungan sosialnya. Sebuah kampung yang sudah bertransformasi menjadi kampung sehat, tentu tingkat kesadaran kesehatannya akan meningkat. Kebersihan lingkungan pasti menjadi penting. Gaya hidup sehat pasti menjadi keseharian. Dan rasa kemanusiaan dan perawatan sesama menjadi tinggi.

Begitu kira-kira idenya. Siapa tahu ada calon Gubernur yang punya visi, dan ingin populer dengan cepat, bisa dicoba nih ide. Siapa tahu bisa kayak Obama, hehehe. Bagaimana menurut anda?

 FAPur